10 FEBRUARI 2022

MENGAPA WANITA USIA SUBUR RENTAN MENDERITA ANEMIA?

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi ibu hamil anemia dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi, serta Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hemoglobin (Hb) rendah karena kondisi patologis. Menurut WHO, kadar Hemoglobin (Hb) normal pada wanita adalah 12 g/ dL. Sedangkan kadar Hemoglobin (Hb) normal pada ibu hamil adalah 11 g/ dL. Defisiensi Zat Besi (Fe) merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah penyebab satu-satunya. Penyebab lainnya adalah infeksi kronik, khususnya malaria dan defisiensi asam folat. Biasanya defisiensi  Zat Besi (Fe) merupakan akibat dari rendahnya asupan Zat Besi (Fe) dan peningkatan kehilangan darah karena penyakit cacingan.

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurangnya asupan makanan sumber Zat Besi (Fe), meningkatnya kebutuhan Zat Besi (Fe) saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah (menstruasi). Pada wanita menopause, yang menjadi penyebab defisiensi Zat Besi (Fe) adalah perdarahan gastrointestinal.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia, di antaranya:

1. Asupan Zat Besi (Fe) yang tidak memadai

Hanya sekitar 25% Wanita Usia Subur (WUS) memenuhi kebutuhan Zat Besi (Fe) sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu 26 mg/ hari. Kecukupan asupan Zat Besi (Fe) tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber Zat Besi (Fe), seperti daging sapi, hati, dan lain-lain. Tetapi dipengaruhi juga oleh variasi penyerapan Zat Besi (Fe). Variasi ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh (seperti hamil dan menyusui), tipe Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi, dan faktor yang mempercepat atau menghambat penyerapan Zat Besi (Fe).

Jenis Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi jauh lebih penting daripada jumlah Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi. Zat Besi (Fe) dari sumber hewani (Heme) lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Sedangkan Zat Besi (Fe) dari sumber nabati (Non Heme) tidak mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.

Penghambat utama penyerapan Zat Besi (Fe) adalah Fitat (biji-bijian, serealia, kacang-kacangan) dan Polifenol (teh dan kopi). Sedangkan yang mempercepat penyerapan Zat Besi (Fe) adalah Vitamin C dan protein.

2. Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Zat Besi (Fe) meningkat selama hamil disebabkan oleh peningkatan volume darah untuk menyediakan Zat Besi (Fe) bagi janin dan plasenta. Selain itu untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Berdasarkan beberapa studi suplementasi Zat Besi (Fe) selama kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi.

3. Kehilangan banyak darah

Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Pada ibu hamil juga mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan. Akibat dari kehilangan darah ini tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Zat Besi (Fe) dalam tubuh.

Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27 ml setiap siklus menstruasi. Banyaknya darah yang keluar menyebabkan anemia karena tidak mempunyai persediaan Zat Besi (Fe) yang cukup untuk dapat menggantikan hilangnya Zat Besi (Fe) saat menstruasi. Penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) juga mempengaruhi keluar/ hilangnya darah. Alat Keluarga Berencana (KB) spiral/ IUD dapat meningkatkan pengeluaran darah 2 kali lipat saat menstruasi. Alat Keluarga Berencana (KB) pil dapat mengurangi kehilangan darah 1,5 kali lipat ketika menstruasi.

Perdarahan saat dan setelah melahirkan meningkatkan resiko anemia. Dalam persalinan normal, seorang ibu hamil akan mengeluarkan darah rata-rata 500 ml atau setara dengan 200 mg Zat Besi (Fe). Perdarahan akan meningkat jika proses melahirkan secara caesar/ operasi.

Pada wanita menopause, yang menjadi penyebab defisiensi Zat Besi (Fe) adalah perdarahan gastrointestinal (gastritis, tukak lambung/ ulcer, kanker kolon, dan polip pada kolon). Perdarahan juga disebabkan konsumsi obat-obatan adrenokortikosteroid.

Pencegahan Anemia

Anemia defisiensi Zat Besi (Fe) dapat dicegah dengan memelihara keseimbangan antara kebutuhan asupan Zat Besi (Fe) dan kehilangan Zat Besi (Fe). Jumlah Zat Besi (Fe) yang dibutuhkan ini bervariasi antara satu wanita dengan lainnya, tergantung pada riwayat reproduksi dan jumlah kehilangan darah selama menstruasi. Peningkatan konsumsi Zat Besi (Fe) dapat dilakukan dengan konsumsi Zat Besi (Fe) dari sumber hewani (Heme) seperti daging, hati, telur, dan lain-lain serta konsumsi Vitamin C untuk mempercepat penyerapan Zat Besi (Fe) oleh tubuh. Selain itu, perlu dihindari konsumsi yang dapat menghambat Zat Besi (Fe) seperti Fitat (biji-bijian, serealia, kacang-kacangan) dan Polifenol (teh dan kopi).

Jika kebutuhan Zat Besi (Fe) tidak cukup terpenuhi dari makanan, maka dapat ditambah dengan suplemen Zat Besi (Fe). Suplementasi Zat Besi (Fe) adalah salah satu strategi untuk meningkatkan asupan Zat Besi (Fe) yang berhasil. Tetapi jika individu tersebut mematuhi aturan konsumsinya. Banyak faktor rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, seperti individu sulit mengingat aturan minumnya, minimnya dana untuk membeli suplemen Zat Besi (Fe), dan efek samping yang tidak nyaman seperti mual.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (2014).  Gizi dan Kesehatan Masyarakat, cet. ke-9. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 341 hal.

  2. Patimah, S. (2014). Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

  3. Kementerian Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi. Jakarta.

Halimatus Sa’diyah A.Md.Gz
Ahli Gizi

10 FEBRUARI 2022

MENGAPA WANITA USIA SUBUR RENTAN MENDERITA ANEMIA?

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kemampuan atau produktivitas kerja. Bagi ibu hamil anemia dapat meningkatkan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi, serta Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hemoglobin (Hb) rendah karena kondisi patologis. Menurut WHO, kadar Hemoglobin (Hb) normal pada wanita adalah 12 g/ dL. Sedangkan kadar Hemoglobin (Hb) normal pada ibu hamil adalah 11 g/ dL. Defisiensi Zat Besi (Fe) merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah penyebab satu-satunya. Penyebab lainnya adalah infeksi kronik, khususnya malaria dan defisiensi asam folat. Biasanya defisiensi  Zat Besi (Fe) merupakan akibat dari rendahnya asupan Zat Besi (Fe) dan peningkatan kehilangan darah karena penyakit cacingan.

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurangnya asupan makanan sumber Zat Besi (Fe), meningkatnya kebutuhan Zat Besi (Fe) saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah (menstruasi). Pada wanita menopause, yang menjadi penyebab defisiensi Zat Besi (Fe) adalah perdarahan gastrointestinal.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia, di antaranya:

1. Asupan Zat Besi (Fe) yang tidak memadai

Hanya sekitar 25% Wanita Usia Subur (WUS) memenuhi kebutuhan Zat Besi (Fe) sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu 26 mg/ hari. Kecukupan asupan Zat Besi (Fe) tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber Zat Besi (Fe), seperti daging sapi, hati, dan lain-lain. Tetapi dipengaruhi juga oleh variasi penyerapan Zat Besi (Fe). Variasi ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh (seperti hamil dan menyusui), tipe Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi, dan faktor yang mempercepat atau menghambat penyerapan Zat Besi (Fe).

Jenis Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi jauh lebih penting daripada jumlah Zat Besi (Fe) yang dikonsumsi. Zat Besi (Fe) dari sumber hewani (Heme) lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Sedangkan Zat Besi (Fe) dari sumber nabati (Non Heme) tidak mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.

Penghambat utama penyerapan Zat Besi (Fe) adalah Fitat (biji-bijian, serealia, kacang-kacangan) dan Polifenol (teh dan kopi). Sedangkan yang mempercepat penyerapan Zat Besi (Fe) adalah Vitamin C dan protein.

2. Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Zat Besi (Fe) meningkat selama hamil disebabkan oleh peningkatan volume darah untuk menyediakan Zat Besi (Fe) bagi janin dan plasenta. Selain itu untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Berdasarkan beberapa studi suplementasi Zat Besi (Fe) selama kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi.

3. Kehilangan banyak darah

Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Pada ibu hamil juga mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan. Akibat dari kehilangan darah ini tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Zat Besi (Fe) dalam tubuh.

Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27 ml setiap siklus menstruasi. Banyaknya darah yang keluar menyebabkan anemia karena tidak mempunyai persediaan Zat Besi (Fe) yang cukup untuk dapat menggantikan hilangnya Zat Besi (Fe) saat menstruasi. Penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) juga mempengaruhi keluar/ hilangnya darah. Alat Keluarga Berencana (KB) spiral/ IUD dapat meningkatkan pengeluaran darah 2 kali lipat saat menstruasi. Alat Keluarga Berencana (KB) pil dapat mengurangi kehilangan darah 1,5 kali lipat ketika menstruasi.

Perdarahan saat dan setelah melahirkan meningkatkan resiko anemia. Dalam persalinan normal, seorang ibu hamil akan mengeluarkan darah rata-rata 500 ml atau setara dengan 200 mg Zat Besi (Fe). Perdarahan akan meningkat jika proses melahirkan secara caesar/ operasi.

Pada wanita menopause, yang menjadi penyebab defisiensi Zat Besi (Fe) adalah perdarahan gastrointestinal (gastritis, tukak lambung/ ulcer, kanker kolon, dan polip pada kolon). Perdarahan juga disebabkan konsumsi obat-obatan adrenokortikosteroid.

Pencegahan Anemia

Anemia defisiensi Zat Besi (Fe) dapat dicegah dengan memelihara keseimbangan antara kebutuhan asupan Zat Besi (Fe) dan kehilangan Zat Besi (Fe). Jumlah Zat Besi (Fe) yang dibutuhkan ini bervariasi antara satu wanita dengan lainnya, tergantung pada riwayat reproduksi dan jumlah kehilangan darah selama menstruasi. Peningkatan konsumsi Zat Besi (Fe) dapat dilakukan dengan konsumsi Zat Besi (Fe) dari sumber hewani (Heme) seperti daging, hati, telur, dan lain-lain serta konsumsi Vitamin C untuk mempercepat penyerapan Zat Besi (Fe) oleh tubuh. Selain itu, perlu dihindari konsumsi yang dapat menghambat Zat Besi (Fe) seperti Fitat (biji-bijian, serealia, kacang-kacangan) dan Polifenol (teh dan kopi).

Jika kebutuhan Zat Besi (Fe) tidak cukup terpenuhi dari makanan, maka dapat ditambah dengan suplemen Zat Besi (Fe). Suplementasi Zat Besi (Fe) adalah salah satu strategi untuk meningkatkan asupan Zat Besi (Fe) yang berhasil. Tetapi jika individu tersebut mematuhi aturan konsumsinya. Banyak faktor rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, seperti individu sulit mengingat aturan minumnya, minimnya dana untuk membeli suplemen Zat Besi (Fe), dan efek samping yang tidak nyaman seperti mual.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (2014).  Gizi dan Kesehatan Masyarakat, cet. ke-9. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 341 hal.

  2. Patimah, S. (2014). Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

  3. Kementerian Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi. Jakarta.

Halimatus Sa’diyah A.Md.Gz
Ahli Gizi

DPC PERSAGI KOTA MALANG

Jl. Sisingamangaraja 42 Malang 65123

Jawa Timur – Indonesia

KONTAK KAMI

Contact Person:

0812-3398-8703 (Dewi)

0877-5986-8348 (Annisa)

Email: 

dpcpersagikotamalang@gmail.com

KERJASAMA

HUBUNGI KAMI UNTUK KERJASAMA