10 MARET 2022

GIZI ATAU NUTRISI?

Pada masa pandemi Covid-19, aspek gizi merupakan bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan sebagai bagian dalam usaha pencegahan dan penanganan masalah kesehatan yang terjadi. Terdapat peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga asupan makanan bergizi untuk mencapai status kesehatan optimal. Namun sayangnya, penggunaan istilah “gizi” tidak jarang sering dipertukarkan dengan “nutrisi”. Sebenarnya, manakah istilah yang tepat?

Menurut sejarah, nutrition berasal dari Bahasa Latin nutrire yang berarti untuk memberi makan. Pada 469 SM, Socrates menyampaikan “Thou shouldst eat to live; not live to eat” yang berarti seseorang makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan dan pada tahun 400 SM, Hippocrates menyatakan “Let thy food be thy medicine and thy medicine be thy food.” Dengan pernyataan tersebut, Hippocrates menunjukkan kesadarannya bahwa makanan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia. Sebelum tahun 1785, terdapat banyak publikasi ilmiah terkait pendapat bagaimana makanan digunakan di dalam tubuh manusia. Dr. James Lind yang merupakan seorang dokter dari Inggris mengobservasi pelaut yang mengalami scurvy pada tahun 1747. Berdasarkan hasil observasinya ditemukan bahwa pada pelaut tersebut hanya mengonsumsi makanan seperti roti dan daging merah. Lind melakukan percobaan dengan membagi pelaut menjadi 3 kelompok perlakuan yang mengonsumsi air garam, cuka, dan jeruk nipis. Pada kelompok yang diberi jeruk nipis, tidak terjadi scurvy. Meskipun vitamin C belum ditemukan sampai dengan tahun 1930an, percobaan tersebut mengubah cara berpikir dokter terkait pengaruh makanan dan kesehatan. Pada akhir abad ke-18, mulai dilakukan identifikasi unsur-unsur utama dan pengembangan metode analisis kimia secara kuantitatif. Penelitian di bidang gizi mulai berkembang, hampir semua vitamin telah teridentifikasi antara tahun 1913-1948 dan banyak penelitian terkait penyakit yang disebabkan karena kekurangan zat gizi tunggal dilakukan. Hal ini ikut mendorong perkembangan ekonomi yang melibatkan teknologi pertanian dan formulasi makanan yang bertujuan untuk menangani kekurangan zat gizi tersebut. Selanjutnya baru berkembang penelitian yang menghubungkan antara gizi dan penyakit tidak menular.

 

Di Indonesia, penggunaan istilah gizi memiliki sejarah tersendiri. Pada mulanya, sekitar awal tahun 1950an, istilah nutrition dan nutrition science diterjemahkan sebagai gizi dan ilmu gizi. Istilah tersebut telah digunakan pada pengukuhan guru besar Prof.Djuned Pusponegoro di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1952. Pada tahun 1958, Direktur Lembaga Bahasa Indonesia Fakultas Sastra UI, DR. Haryati Soebadio menawarkan dua istilah “Al Gizzai/Ghidza=Gizi” kata dari bahasa Arab dan “Herena” kata dari bahasa Sansekerta. Menurut beliau, pemilihan Bahasa Arab dan Bahasa Sansekerta disebabkan karena akar bahasa yang ada di Indonesia banyak yang berasal dari kedua bahasa tersebut. Prof.dr.Poorwo Soedarmo yang merupakan Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada saat itu memilih “Gizi” sebagai terjemahan resmi dari nutrition. Sejak tahun 1958 pula, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah memasukkan Ilmu Gizi di dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) pertama. Prof.dr. Poorwo Soedarmo sendiri diangkat menjadi Bapak Gizi Indonesia pada tahun 1969 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Setelah itu, penggunaan istilah gizi juga tertulis pada dokumen-dokumen resmi pemerintahan, yaitu pada Undang-Undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Undang-Undang no 36 tahun 1999 tentang Kesehatan.

 

Meskipun jika diterjemahkan dari kamus bahasa asing, gizi dan nutrisi memiliki arti yang sama, namun yang perlu kita pahami adalah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan dan mengenal sejarah bangsanya. Pemilihan istilah gizi memiliki tempat tersendiri di dalam sejarah bangsa Indonesia. Memulai menggunakan istilah gizi alih-alih nutrisi merupakan langkah kecil dan sederhana yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan rasa cinta dan bangga dengan sejarah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

  1. ISAGI (2017). Gizi Atau Nutrisi. [Halaman Web]. Diakses pada https://isagi.or.id/gizi-atau-nutrisi/

    Rokom (2012). Sejarah Asal Kata “GIZI” Sebagai Terjemahan dari Kata “NUTRITION”. [Halaman Web]. Diakses pada https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20120917/355526/sejarah-asal-kata-gizi-sebagai-terjemahan-dari-kata-nutrition/

  2. Kesuma N (2020). Mengenal Prof. Poorwo Soedarmo Bapak Gizi Indonesia Pencetus Slogan 4 Sehat 5 Sempurna. [Halaman Web]. Diakses pada https://www.industry.co.id/read/67166/mengenal-prof-poorwo-soedarmo-bapak-gizi-indonesia-pencetus-slogan-4-sehat-5-sempurna

  3. Mutiah D (2022). Sosok Prof Poorwo Soedarmo, Tokoh Penting dari Peringatan Hari Gizi Nasional. [Halaman web]. Diakses pada https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4869799/sosok-prof-poorwo-soedarmo-tokoh-penting-dari-peringatan-hari-gizi-nasional?fbclid=IwAR3thz8JC9qjKr7lTAqLU87nGzAhmzq-Lct_ZhP3zPvTrPPCBHfrUKcd4-Y

  4. S. O. WAIFE, Nutritional Etymology, The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 3, Issue 2, March-April 1955, Page 149, https://doi.org/10.1093/ajcn/3.2.149

  5. Soekirman (1999/2000).  “Arti kata Gizi dan Definisi Ilmu Gizi”, dalam buku Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, hal 5.

  6. Trüeb R.M (2020). Brief History of Human Nutrition. In: Nutrition for Healthy Hair, pp 3-15. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-59920-1_2

  7. United States Public Health Service, American Dietetic Association (ADA) (No year). The History of Nutrition. (Website). Retrieved from https://www.naturalhealers.com/blog/nutrition-history/

Olivia Anggraeny, S.Gz., M.Biomed
Pengajar di Departemen Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya, Malang

10 MARET 2022

GIZI ATAU NUTRISI?

Pada masa pandemi Covid-19, aspek gizi merupakan bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan sebagai bagian dalam usaha pencegahan dan penanganan masalah kesehatan yang terjadi. Terdapat peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga asupan makanan bergizi untuk mencapai status kesehatan optimal. Namun sayangnya, penggunaan istilah “gizi” tidak jarang sering dipertukarkan dengan “nutrisi”. Sebenarnya, manakah istilah yang tepat?

Menurut sejarah, nutrition berasal dari Bahasa Latin nutrire yang berarti untuk memberi makan. Pada 469 SM, Socrates menyampaikan “Thou shouldst eat to live; not live to eat” yang berarti seseorang makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan dan pada tahun 400 SM, Hippocrates menyatakan “Let thy food be thy medicine and thy medicine be thy food.” Dengan pernyataan tersebut, Hippocrates menunjukkan kesadarannya bahwa makanan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia. Sebelum tahun 1785, terdapat banyak publikasi ilmiah terkait pendapat bagaimana makanan digunakan di dalam tubuh manusia. Dr. James Lind yang merupakan seorang dokter dari Inggris mengobservasi pelaut yang mengalami scurvy pada tahun 1747. Berdasarkan hasil observasinya ditemukan bahwa pada pelaut tersebut hanya mengonsumsi makanan seperti roti dan daging merah. Lind melakukan percobaan dengan membagi pelaut menjadi 3 kelompok perlakuan yang mengonsumsi air garam, cuka, dan jeruk nipis. Pada kelompok yang diberi jeruk nipis, tidak terjadi scurvy. Meskipun vitamin C belum ditemukan sampai dengan tahun 1930an, percobaan tersebut mengubah cara berpikir dokter terkait pengaruh makanan dan kesehatan. Pada akhir abad ke-18, mulai dilakukan identifikasi unsur-unsur utama dan pengembangan metode analisis kimia secara kuantitatif. Penelitian di bidang gizi mulai berkembang, hampir semua vitamin telah teridentifikasi antara tahun 1913-1948 dan banyak penelitian terkait penyakit yang disebabkan karena kekurangan zat gizi tunggal dilakukan. Hal ini ikut mendorong perkembangan ekonomi yang melibatkan teknologi pertanian dan formulasi makanan yang bertujuan untuk menangani kekurangan zat gizi tersebut. Selanjutnya baru berkembang penelitian yang menghubungkan antara gizi dan penyakit tidak menular.

 

Di Indonesia, penggunaan istilah gizi memiliki sejarah tersendiri. Pada mulanya, sekitar awal tahun 1950an, istilah nutrition dan nutrition science diterjemahkan sebagai gizi dan ilmu gizi. Istilah tersebut telah digunakan pada pengukuhan guru besar Prof.Djuned Pusponegoro di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1952. Pada tahun 1958, Direktur Lembaga Bahasa Indonesia Fakultas Sastra UI, DR. Haryati Soebadio menawarkan dua istilah “Al Gizzai/Ghidza=Gizi” kata dari bahasa Arab dan “Herena” kata dari bahasa Sansekerta. Menurut beliau, pemilihan Bahasa Arab dan Bahasa Sansekerta disebabkan karena akar bahasa yang ada di Indonesia banyak yang berasal dari kedua bahasa tersebut. Prof.dr.Poorwo Soedarmo yang merupakan Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada saat itu memilih “Gizi” sebagai terjemahan resmi dari nutrition. Sejak tahun 1958 pula, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah memasukkan Ilmu Gizi di dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) pertama. Prof.dr. Poorwo Soedarmo sendiri diangkat menjadi Bapak Gizi Indonesia pada tahun 1969 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Setelah itu, penggunaan istilah gizi juga tertulis pada dokumen-dokumen resmi pemerintahan, yaitu pada Undang-Undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Undang-Undang no 36 tahun 1999 tentang Kesehatan.

 

Meskipun jika diterjemahkan dari kamus bahasa asing, gizi dan nutrisi memiliki arti yang sama, namun yang perlu kita pahami adalah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan dan mengenal sejarah bangsanya. Pemilihan istilah gizi memiliki tempat tersendiri di dalam sejarah bangsa Indonesia. Memulai menggunakan istilah gizi alih-alih nutrisi merupakan langkah kecil dan sederhana yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan rasa cinta dan bangga dengan sejarah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

  1. ISAGI (2017). Gizi Atau Nutrisi. [Halaman Web]. Diakses pada https://isagi.or.id/gizi-atau-nutrisi/

    Rokom (2012). Sejarah Asal Kata “GIZI” Sebagai Terjemahan dari Kata “NUTRITION”. [Halaman Web]. Diakses pada https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/ baca/blog/20120917/355526/sejarah-asal-kata-gizi-sebagai-terjemahan-dari-kata-nutrition/

  2. Kesuma N (2020). Mengenal Prof. Poorwo Soedarmo Bapak Gizi Indonesia Pencetus Slogan 4 Sehat 5 Sempurna. [Halaman Web]. Diakses pada https://www.industry.co.id/read/ 67166/mengenal-prof-poorwo-soedarmo-bapak-gizi-indonesia-pencetus-slogan-4-sehat-5-sempurna

  3. Mutiah D (2022). Sosok Prof Poorwo Soedarmo, Tokoh Penting dari Peringatan Hari Gizi Nasional. [Halaman web]. Diakses pada https://www.liputan6.com/lifestyle/ read/4869799/sosok-prof-poorwo-soedarmo-tokoh-penting-dari-peringatan-hari-gizi-nasional?fbclid=IwAR3thz8JC9qjKr7lTAqLU87n GzAhmzq-Lct_ZhP3zPvTrPPCBHfrUKcd4-Y

  4. S. O. WAIFE, Nutritional Etymology, The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 3, Issue 2, March-April 1955, Page 149, https://doi.org/10.1093/ajcn/3.2.149

  5. Soekirman (1999/2000).  “Arti kata Gizi dan Definisi Ilmu Gizi”, dalam buku Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, hal 5.

  6. Trüeb R.M (2020). Brief History of Human Nutrition. In: Nutrition for Healthy Hair, pp 3-15. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/ 978-3-030-59920-1_2

  7. United States Public Health Service, American Dietetic Association (ADA) (No year). The History of Nutrition. (Website). Retrieved from https://www.naturalhealers.com/blog/ nutrition-history/ 

Olivia Anggraeny, S.Gz., M.Biomed
Pengajar di Departemen Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya, Malang

DPC PERSAGI KOTA MALANG

Jl. Sisingamangaraja 42 Malang 65123

Jawa Timur – Indonesia

KONTAK KAMI

Contact Person:

0812-3398-8703 (Dewi)

0877-5986-8348 (Annisa)

Email: 

dpcpersagikotamalang@gmail.com

KERJASAMA

HUBUNGI KAMI UNTUK KERJASAMA